Jumat, 20 Januari 2017

JARINGAN USAHA BATU PUTIH KRUNG BARU (Penelitian : Desa Kaye Aceh Kecamatan Lembah Sabil Kabupaten Aceh Barat Daya)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia sebagai bangsa yang besar serta bangsa dengan wilayah yang luas dan penduduk yang besar serta kekayaan alam yang melimpah sampai saat ini belum mampu untuk mengolah sumber daya alam yang dimiliki karena keterbatasan sumber daya manusia yang saat ini dimiliki oleh bangsa Indonesia. Hal inilah yang menyebabkan kemiskinan yang terjadi di Indonesia. Kemiskinan merupakan masalah utama yang melanda negara dunia ketiga atau negara berkembang. Negara berkembang seperti Indonesia masih sangat mengandalkan sektor pertanian dan juga sektor-sektor industri kecil, dalam kegiatan ekonominya. Hal ini terjadi karena sumber daya manusia yang ada di negara ini belum mampu untuk mengolah kekayaan sumber daya alam yang dimilikinya (web.unair.ac.id). Oleh karena itu keberlangsungan dan perkembangan industri kecil menarik untuk dikaji.
Menurut M. Irfan dalam Anoraga dan Sudantoko (2002:242), peranan usaha kecil itu dapat meningkatkan ekspor non migas, penyerapan tenaga kerja, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, dan berkontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Usaha untuk mengembangkan industri kecil dan industri rumah tangga di pedesaan merupakan langkah yang tepat sebagai salah satu instrumen kebijakan pemerintah untuk menanggulangi masalah-masalah ekonomi dan sosial yang dihadapi Indonesia pada saat ini (http://geografi-bumi.blogspot.com).
Secara umum usaha kecil yang terdapat di pedesaan adalah industri kecil dan industri rumah tangga. Berdasarkan definisi atau klasifikasi Biro Pusat Statistik (BPS), perbedaan antara industri kecil dan industri rumah tangga adalah pada jumlah pekerja. Industri rumah tangga adalah unit usaha (establishment) dengan jumlah pekerja 1 hingga 4 orang, yang kebanyakan adalah anggota-anggota keluarga (family workers) yang tidak dibayar dari pemilik usaha atau pengusaha itu sendiri. Kegiatan industri tanpa tenaga kerja, yang disebut self employment, juga termasuk dalam kelompok industri rumah tangga. Sedangkan, indutri kecil adalah unit usaha dengan jumlah pekerja antara 5 hingga 9 orang yang sebagian besar adalah pekerja yang dibayar (wage labourers).
Perbedaan-perbedaan lainnya antara industri kecil dan industri rumah tangga adalah terutama pada aspek-aspek seperti sistem manajemen, pola organisasi usaha, termasuk pembagian kerja (labour division), jenis teknologi yang digunakan atau metode produksi yang diterapkan dan jenis produksi yang dibuat. Pada umumnya industri rumah tangga sangat tradisional atau primitif dalam aspek-aspek tersebut (Tulus Tambunan: 2000; 1). Oleh karena itu ada perbedaan antara industri rumah tangga dan industri kecil, industri rumah tangga cendrung pekerja keluarga yang bersangkutan. Sedangkan industri kecil sebagian besar pekerja yang di bayar oleh pengusa industri kecil tersebut.

UKM (Usaha Kecil Menengah) memegang peranan yang sangat besar dalam memajukan perekonomian Indonesia. UKM  merupakan suatu bentuk usaha kecil masyarakat yang pendiriannya berdasarkan inisiatif seseorang. Sebagian besar masyarakat beranggapan bahwa UKM hanya menguntungkan pihak-pihak tertentu saja. Padahal sebenarnya UKM berperan penting dalam mengurangi tingkat pengangguran yang ada di Indonesia. Selain itu UKM telah berkontribusi besar pada pendapatan daerah maupun pendapatan negara Indonesia. UKM juga memanfaatkan berbagai sumber daya alam yang berpotensial di suatu daerah yang belum diolah secara komersial. UKM dapat membantu mengolah sumber daya alam yang ada di setiap daerah. Hal ini berkontribusi besar terhadap pendapatan daerah maupun pendapatan negara Indonesia (http://stephanieoctaviani takmenyerah.blogspot.com).
Aceh memiliki sumber daya alam yang melimpah, termasuk minyak bumi dan gas alam. Sejumlah analis memperkirakan cadangan gas alam aceh adalah yang terbesar di dunia (http://id.wikipedia.org). Oleh karena itu UKM dapat membantu mengolah sumber daya alam yang ada di setiap daerah di Aceh, membuat para pelaku usaha masyarakat ini mampu mengikuti perkembangan zaman yang terjadi.
Akhir-akhir ini ada kecendrungan usaha batu terus berkembang, usaha rumah tangga masyarakat Desa Kaye Aceh, Kecamatan Lembah Sabil, Kabupaten Aceh Barat Daya. Krung Baru adalah salah satu tempat penambangan batu putih yang dapat dijadikan objek masyarakat terutama usaha pedagang batu. sehingga dapat menbantu perekonomian masyarakat yang bersangkutan. Batu putih Krung Baru adalah salah satu yang banyak diminati oleh para konsumen yang dapat digunakan sebagai hiasan taman. Karena kualitas batunya yang alami tanpa bahan campuran menjadi salah satu daya tarik dari kabupaten Aceh Barat Daya (Abu Bakar, di kutip dari wawancara warga Ulee Kareng Banda Aceh 28 Maret 2015).
Melihat usaha mereka yang masih tetap berkembang hingga sekarang, terlihat semakin beragamnya bentuk ukuran batu putih dikemas dalam karung beras 15 kg, yang siap untuk dipasarkan. Hal ini menjadi menarik apabila peneliti dapat melihat bagaimana usaha makro kecil dan menengah ini, terus berkembang dari awal usaha ini hingga ada sampai sekarang. Serta dapat melihat bagaimana jaringan-jaringan sosial yang terbentuk dalam distribusi batu putih Krung Baru hingga menjadi salah satu pilihan konsumen antar Kabupaten hingga Provinsi. Dan bagaimana cara agar usaha batu putih Krung Baru dapat terus berkembang atau bahkan lebih maju. Hal inilah yang membuat penulis ingin melakukan penelitian dengan menggunakan konsep keterlekatan yang berjudul “Jaringan Usaha Batu Putih Krung Baru Aceh Barat Daya”
1.2. Fokus Penelitian
Dalam peneliti ini, peneliti akan membahas bagaimana jaringan-jaringan sosial yang terbentuk dalam usaha pedagang batu putih dalam memasarkan usaha hingga menjadi salah satu pilihan konsumen antar Kabupaten hingga Provinsi. Penelitian ini fokus juga pada bagaimana cara agar usaha batu putih Krung Baru dapat terus berkembang atau bahkan lebih maju.


1.3. Rumusan Masalah
Berdasarkan  latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1.      Bagaimana fungsi keterlekatan jaringan usaha dagang batu putih dalam perkembangan masyarakat?
2.      Apa saja faktor-faktor yang menjadi landasan perkembangan jaringan terhadap usaha batu putih?
1.4. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1.      Mengetahui bagaimana fungsi keterlekatan jaringan usaha dagang  batu putih dalam perkembangan masyarakat.
2.      Mengetahui faktor-faktor Apa saja yang menjadi landasan perkembangan jaringan usaha terhadap batu putih.
1.5. Manfaat Penelitian
            Manfaat yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah :
1.5.1 ManfaatTeoritis
            Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan analisis serta gambaran tentang bagaimana jaringan sosial usaha batu putih dan menambah khazanah ilmu pengetahuan, khususnya  sosiologi  ekonomi.
1.5.1 Manfaat Praktis
            Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai masukan dan sumbangan pemikiran bagi  para aktor yang berkaitan dengan usaha dalam meningkatkan performans ekonomi, dan bahan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan pihak lain yang ingin melakukan penelitian yang sejenis dikemudian hari.















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Untuk memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian peneliti melakukan beberapa kajian pustaka mengenai penelitian yang terkait dengan jaringan usaha batu putih yang dijadikan referensi oleh peneliti nantinya dalam melakukan penelitian ini. Penelitian tentang jaringan sosial yang terbentuk didalam masyarakat sudah dilakukan oleh beberapa peneliti.
2.1.1 Penelitian Oleh Erisa Hanadita Sugianto (2014)
Penelitian skripsi yan berjudul “Jaringan Usaha Perajin Keramik” jaringan usaha perajin keramik ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana terbentuknya jaringan sosial diantara para pengusaha kerajinan keramik dimana terdapat tiga jenis perajin disana yaitu pengusaha, perajin-penguasaha dan juga perajin. Dimana ketiganya saling membentuk jaringan sosial. Proses terbentuknya jaringan diawali dengan munculnya industri keramik, yang kemudian menginspirasi para pegawainya karena prospek usaha keramik ini yang menjanjikan dimana minat pasar yang masih tinggi serta ketersediaan bahan baku yang masih tercukupi.
Dari jaringan sosial yang terbentuk diantara para pengusaha, pengusaha-perajin dan perajin keramik di Desa Klampok menyebabkan hubungan mereka menjadi terlekat didalam jaringan sosial dimana setiap kepentingan antar aktor bertemu didalam jaringan sosial tersebut. Jaringan sosial yang ada diantara para pengusaha dan perajin di Klampok membuat usaha mereka terus berkembang. Keterlekatan yang ada diantara para pengusaha kerajinan keramik Klampok  dapat terlihat dalam proses jaringan sosial yang ada di Desa Klampok.
Bahwa mereka melakukan tindakan ekonomi dalam hal ini produksi kerajinan keramik namun dari tindakan ekonomi tersebut mereka terlekat kepada suatu jaringan yang terbentuk akibat interaksi yang terus menerus terjadi diantara mereka sehingga membuat hubungan tanpa aturan yang mereka jalani. Hal ini berakibat kepada perkembangan usaha mereka hingga saat ini, yaitu dengan adanya jaringan sosial yang terbentuk diantara mereka serta adanya keterlekatan dari aktivitas ekonomi yang mereka lakukan. Hubungan tanpa aturan tertulis dalam lingkungan usaha kerajinan keramik Klampok ini justru yang membuat industri ini dapat berkembang hingga sekarang.
Penelitian Erisa Hanadita Sugianto menggunakan Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis studi kasus intrinsik. Studi kasus intrinsik (intrinsic case study) adalah penelitian yang dilakukan pada suatu kasus yang memiliki kekhasan dan keunikan yang tinggi. Fokus penelitiannya adalah pada kasus itu sendiri, baik sebagai lokasi, program, kejadian atau kegiatan. penelitian studi kasus intrinsik merupakan penelitian yang sangat terikat pada konteksnya, atau dengan kata lain sangat terikat pada lokusnya (site-case).
Bentuk dari penelitiannya ditujukan untuk lebih memfokuskan terhadap fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia agar sistematis dan terfokus dengan merupakan metode penelitian yang berusaha memfokuskan objek secara sistematis sesuai dengan data yang ada (http://penelitianstudikasus.blogspot.com/2010/05/jenis-jenis-penelitian-studi-kasus.html, diakses pada 28 Maret 2014).
Dalam penelitian, pendekatan intrinsik digunakan untuk menganalisis bagaimana para perajin keramik Klampok dapat mengembangkan jaringan usaha kerajinanya, yang dengan kekhasan mereka yaitu keramik agar usahanya dapat terus berkembang Selanjutnya.
Teori yang dipakai Erisa Hanadita Sugianto dalam penelitiannya adalah teori jaringan Barnes (1954) dan konsep keterlakatan sosial dari Granovetter (1985) yang menjelaskan, terbentuknya jaringan sosial diantara perajin dan pengusaha kerajinan keramik serta adanya keterlekakan antara para pelaku usaha tersebut berpengaruh pada perkembangan usaha kerajinan keramik klampok, karena dengan hal tersebut para perajin serta pengusaha keramik menjadi terikat pada suatu hubungan yang terbentuk dalam jaringan sosial pengusaha keramik klampok yang kemudian terlekat karena didalamnya sehingga dapat membuat usaha kerajinan keramik klampok dapat terus berkembang.
Penelitian Ngadisah Erisa Hanadita Sugianto tersebut memberikan landasan teoritis yang mendukung penelitian jaringan usaha batu putih Krung Baru, yakni melihat perkembangan usaha kecil dalam tindakan ekonomi sedang berkembang, adanya faktor-faktor perkembangan jaringan usaha, menunjukkan bahwa Keterlekatan yang ada diantara para pengusaha kerajinan keramik dapat terlihat dalam proses jaringan sosial yang ada di Desa Klampok, dimana tidak hanya dimotivasi oleh tujuan-tujuan ekonomi yang beresensi untuk tercapainya kebutuhan rumah tangga, tetapi juga oleh nilai-nilai hubungan jaringan sosial sehingga dapat membuat usaha kerajinan keramik klampok dapat terus berkembang.
Penelitian tersebut membantu penulis dalam membuat kerangka berfikir awal dalam peneltian serta membantu membuat gambaran awal meneganai wilayah atau daerah penelitian yang penulis teliti.
2.2 Landasan Teoritis
2.2.1 Teori Jaringan
Sebagai makhluk sosial, manusia hidup bersama dengan orang lain. Oleh sebab itu, dalam hidupnya seorang anak manusia (individu) selalu ingin melakukan interaksi sosial dengan individu lainnya. Interaksi sosial antar individu tersebut mengkristal menjadi suatu hubungan sosial. Hubungan sosial yang terus menerus antar individu menghasilkan jaringan sosial diantara mereka. Pada dasarnya setiap individu sebagai mahkluk sosial akan selalu dihubungkan dengan jaringan sosial yang kompleks. 
Barnes (1954) diangap sebagai perintisdari pengertian jaringan sosial. Analisis jaringan atau teori jaringan sosial merupakan studi tentang cara struktur sosial dari hubungan-hubungan sekitar seseorang, kelompok, atau organisai mempengaruhi keyakinan-keyakinan atau perilaku-perilaku. Tekanan-tekanan kausal melekat dalam struktur sosial. Teori jaringan (network theory) melihat manusia memiliki jejaring interaksi karena adanya kesamaan norma dan nilai, yang terjadi dari proses sosialisasi dari stuktur sosial.Teori ini berfokus kepada bagaimana kebudayaan dan juga sosialisasi membentuk normadan nilai dalam suatu kelompok sosial dan pada tahap selanjutnya setiap individu yang menjadi anggotanya terinternalisasi oleh norma dan nilai tersebut.
Jaringan merupakan hubungan kerja antara satu orang dengan orang lain yang diikat dengan kepercayaan. Francis Fukuyama dalam bukunya memandang jaringan sebagai hubungan moral kepercayaan. Jaringan yang dimiliki seseorang merupakan bagian dari hubungan dan norma yang lebih luas yang memungkinkan orang-orang mencapai tujuan-tujuan mereka dan juga mengikat masyarakat bersama (http://teddymagister.blogspot.com/teorijaringansosial).
Keanggotaan dalam jaringan dipengaruhi oleh kesamaan nilai, perasaan
Diunduh simpati dan kewajiban yang dimiliki, sehingga mereka lebih cenderung bekerja sama untuk mecapai tujuan bersama.
Setiap interaksi dilakukan di dalam suatu kelompok sosial pada akhirnya akan membentuk suatu keseimbangan struktrur sosial. Hal inilah yang pada gilirannya membentuk suatu identitas bersama pada suatu kelompok sosial dalam sebuah struktur sosial. Dalam melihat suatu kohesi dalam sebuah kelompok sosial,
Mizruchi menjelaskan dapat ditinjau dari dua analisa, yaitu analisa subjektif dan analisa objektif. Dalam analisa subjektif melihat bahwa kohesi dibutuhkan oleh setiap anggota sebagai identitas bersama. Sedangkan, dalam analisa objektif, melihat solidaritas berada di luar kesadaran manusia, atau dalam bahasa Durkheim, adalah sebagai fakta sosial.
Menurut Granoveter hubungan (jaringan) itu terjadi berlandaskan gagasan, bahwa aktor (individu atau kolektifitas) berada padastratifikasi yang berbeda sehingga mempunyai akses yang berbeda pula terhadap sumber daya bernilai (kekayaan, kekuasaan, informasi). Distribusi yang timpang dari sumber daya yang terbatas akan menimbulkan baik itu kerjasama maupun kompetisi, yang mana beberapa kelompok akan bergabung untuk mendapatkan sumber daya yang terbatas itu dengan bekerjasama. Akibatnya pada sistem yang strukturnya cenderung terstratifikasi, komponen tertentu akan tergantung pada komponen yang lain (Ritzer & Goodman, 2008).
Granovetter juga menilai jaringan sosial didalam kehidupan ekonomi tindakan yang terlekat, karena diekspresikan dalam interaksi dengan orang lain, cara seseorang terlekat dalam jaringan hubungan sosial akan menentukan banyaknya tindakan sosial dan jumlah dari hasil intitusional. Keterlekatan itu sendiri muncul dari proses hubungan antar individu dari aktor-aktor yang didasari oleh kepercayaan, dimana kepercayaan itu akan terus menerus dilihat dan ditafsirkan. Melalui jaringan sosial, idividu-individu ikut serta dalam tindakan resiprositas, dan melalui hubungan ini akan diperoleh kesempatan “dapat bagian”, informasi baru dan sumber daya.
Variasi jaringan sosial membantu menentukan kegunaan jaringan untuk individu atau kelompok individu tersebut. Bentuk jaringan ini dapat dilihat pada ikatan-ikatan yang terbentuk oleh adanya jaringan sosial. Menurut Granovetter Ritzer, 2010 : 470, membedakan tentang ikatan lemah dan kuat, “ikatan kuat” , kaitan antara orang dengan teman-teman dekat dan kerabat mereka, “ikatan lemah”, kaitan orang dengan kenalannya.
Granovetter menjelaskan bahwa ikatan yang lemah bisa menjadi sangat penting. Contoh ikatan lemah antar dua aktor dapat membantu sebagai jembatan
antara dua kelompok yang kuat ikatan internalnya, tanpa adanya dua kelompok
seperti itu, kedua kelompok mungkin akan terisolasi secara total. Isolasi iniselanjutnya dapat menyebabkan sistem sosial semakin terfragmentasi. Seorang individu tanpa ikatan lemah akan merasa dirinya terisolasi dalam sebuah kelompok yang ikatannya sangat kuat dan akan kekurangan informasi tentang apa yang terjadi di kelompok lain maupun dalam masyarakat lebih luas. Meski Granoveter menekankan pentingnya ikatan lemah, ia segera menjelaskan bahwa
ikatan yang kuat pun mempunyai nilai. Misalnya orang yang memiliki ikatan yang kuat memiliki motivasi lebih besar untuk saling membantu dan lebih siap membantu satu sama lain, seperti bagan jaringan di bawah ini.

Oleh karena itu dalam memahami jaringan sosial dapat ditunjukkan melalui keterkaitan jaringan sosial dengan orang lain dalam rangka mempertahankan aktivitas bisnis. Jaringan sosial ini dimanfaatkan untuk memperoleh informasi-informasi bisnis dan sumber daya,dalam menlakukan tindakan ekonomi.
2.2.2 Konsep Keterlekatan (Embeddedness) Granovetter (1985)
Konsep ini digunakan untuk menjelaskan fenomena prilaku ekonomi dalam hubungan sosial. Konsep keterlekatan Granovetter merupakan suatu tindakan ekonomi yang disituasikan secara sosial dan melekat dalam jaringan sosial personal yang sedang berlansung diantara para aktor (Damsar, sosiologi ekonomi edisi revisi : 27).
Granovetter dalam proposisinya bahwa tindakan ekonomi disituasikan secara sosial yaitu tindakan ekonomi tidak dipandang sebagai fenomena stimulus-respon yang sederhana, tetapi lebih kepada hasil dari suatu proses yang dilakukan oleh individu dalam proses hubungan sosial yang sedang berlangsung. Jaringan hubungan sosial suatu rangkain hubungan yang teratur atau hubungan sosial yang sama diantara individu-individu atau kelompok-kelompok.
Embeddedness bagi Granovetter lebih menekankan pada fungsi network atau relasi sosial, yang menghubungkan individu dengan individu lainnya, yang saling bergantungan, bukan karna faktor keuntungan material, tetapi non material juga perlu dijalankan dalam hubungan tersebut. Granovetter menunjukkan bahwa pada ekonomi modern di barat tugas-tugas ekonomi yang sederhana seperti mendapatkan perkerjaan sangat bergantung pada informasi mulut-ke-mulut dan kontak-kontak sosial (networking), bahwa tingakat interaksi sosial di pasar lebih tinggi dari yang diketahui para ekonom yang hanya mengenal individu yang teratomisasi dan perusahaan independen. Perusahaan-perusahaan bisnis, kata Granovetter, bekerja bukan karna hiraki manajemen  atau demi pengurangan biaya transaksi (seperti diajarkan dalam literatur tentang mengapa perusahaan muncul) tetapi karena mereka memiliki jaringan dan komunikasi sosial yang lebih kuat dibanding dengan yang terdapat di pasar saja.
Kata Granovetter  “relasi-relasi sosial justru mendorong dan bukan menghambat performans ekonomi”. Trust justru berfungsi sebagai pelancar yang efektif dalam suatu tindakan ekonomi. Karena pengaruh relasi-relasi sosial pada relasi-relasi bisnis yang mendatangkan hasil-hasil ekonomi yang bertentangan dengan ramalam teori ekonomi. Kepercayaan (trust), sebagai salah satu institusi sosial, yang merupakan moralitas umum dalam perilaku ekonomi tidak muncul seketika tetapi terbit dari proses hubungan antar pribadi dari actor-aktor yang sudah lama terlibat dalam perilaku ekonomi secara bersama. Ia terus-menerus ditafsirkan dan dinilai oleh para aktor yang terlibat dalam hubungan perilaku ekonomi. Salah satu peran konkret dari kepercayaan adalah bertambah dan berkurangnya jumlah kredit yang diperoleh dalam transaksi jual beli. Hal ini merupakan graduasi kepercayaan yang merupakan hasil dari proses jaringan hubungan timbal-balik (resiprositas), yang telah dan sedang terjadi dalam tindakan ekonomi yang dilakukan  (Universitas Gunadarma Jurnal Evolusi Konsep Embeddedness Dalam Sosiologi Ekonomi, Sebuah Review 2012).
Bentuk jaringan ini dapat dilihat pada ikatan-ikatan yang terbentuk oleh adanya jaringan sosial. Menurut Granovetter (Ritzer, 2010 : 470), membedakan tentang ikatan lemah dan kuat, “ikatan kuat” misalnya, kaitan antara orang dengan teman-teman dekat dan kerabat mereka, “ikatan lemah”, kaitan orang dengan kenalannya. Granovetter menjelaskan bahwa ikatan yang lemah bisa menjadi sangat penting. Contoh ikatan lemah antar dua aktor dapat membantu sebagai jembatan antara dua kelompok yang kuat ikatan internalnya, tanpa adanya dua kelompok seperti itu, kedua kelompok mungkin akan terisolasi secara total. Isolasi ini selanjutnya dapat menyebabkan sistem sosial semakin terfragmentasi. Seorang individu tanpa ikatan lemah akan merasa dirinya terisolasi dalam sebuah kelompok yang ikatannya sangat kuat dan akan kekurangan informasi tentang apa yang terjadi di kelompok lain maupun dalam masyarakat lebih luas. Meski Granoveter menekankan pentingnya ikatan lemah, ia segera menjelaskan bahwa ikatan yang kuat pun mempunyai nilai. Misalnya orang yang memiliki ikatan yang kuat memiliki motivasi lebih besar untuk saling membantu dan lebih siap membantu satu sama lain  (http://sosbud.kompasiana.com).
Pada konteks penelitian ini, tentunya masyarakat pada awalnya batu putih hanya di manfaatkan untuk hiasan taman rumah sendiri, dari hubungan-hubungan sosial, interaksi memberikan informasi tentang batu putih dan banyak orang-orang tertarik sehingga masyarakat Krung Baru mulai dijadikan sebuah usaha dalam memasarkan batu putih. Usaha ini terbentuk dengan adanya hubungan sosial dibagun oleh masyarakat Krung Baru khusus nya para pengusaha. Jaringan sosial dalam lingkaran pengusaha batu putih terus berkembang dengan adanya interaksi sosial yang terus menerus. Melalui jaringan sosial, para pengusaha tentunya dapat menguatkan usaha mereka agar tetap berkembang dan melalui hubungan ini akan diperoleh informasi baru dan sumber daya. Oleh sebab itu teori jaringan sosial, dari konsep keterlekatan ini membantu peneliti melihat lebih jauh fungsi keterlekatan dan juga faktor-faktor yang menjadi landasan perkembangan jaringan usaha batu putih.
2.3 Landasan Konseptual


            Berdasarkan bagan landasan konseptual di atas, tujuan khusus peneliti membahas bagaimana hubungan sosial, dan jaringan sosial yanag dibangaun oleh para pengusaha  dalam perkembangan usaha batu putih krung baru.



BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Lembah Sabil Kabupaten Aceh Barat Daya, dengan memusatkan studi di Desa Kayu Aceh Dusun Krung Baru. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan maksud menemukan sebuah Desa yang relevan dengan tujuan penelitian. Adapun penentuan lokasi penelitian ini karena Desa Kayu Aceh Dusun Krung Baru merupakan salah satu daerah yang memiliki lahan penambangan batu putih yang cukup luas dan mayoritas penduduknya adalah usaha batu putih, sehingga tampak bagaimana jaringan usaha batu putih disana.
3.2 Pendekatan Penelitian
Model penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Digunakannya model penelitian kualitatif karena penelitian kualitatif dapat menggambarkan secara deskripsi analitik berbagai hal yang menyangkut penelitian ini. Penelitian kualitatif dapat memberikan deskripsi secara luas dan mendalam serta memuat penjelasan tentang proses atau aktivitas yang terjadi dalam keseharian Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif berupa kata-kata atau lisan maupun tertulis dari objek yang diamati seorang peneliti lebih berada pada posisi sebagai “orang ang belajar dari masyarakat, bukan belajar tentang masyarakat” (learning from the people, but the learning about the people). Karena itu, dia sesungguhnya merupakan orang yang tidak tau tentang yang tidak diketahuinya (Bungin, 2003: 48-49)
Penelitian kualitatif yang peneliti lakukan adalah studi kasus. Studi Kasus merupakan bentuk penelitian yang meneliti fenomena khusus yang hadir dalam suatu konteks yang terbatasi, meskipun batas-batas antara fenomena dan konteks tidak sepenuhnya jelas. Kasus tersebut dapat berupa individu, organisasi, karakteristik atau atribut dari individu-individu, peristiwa atau insiden tertentu, dan sebagainya.
Tipe studi kasus yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus Intrinsik, yaitu penelitian dilakukan karena ketertarikan atau kepedulian pada suatu kasus khusus guna memahami secara utuh kasus tersebut tanpa harus dimaksudkan untuk menghasilkan konsep-konsep/teori ataupun tanpa ada upaya menggeneralisasi (http://penelitianstudikasus.blogspot.com/2010/05/jenis-jenis-penelitian-studi-kasus.html).
Dalam memahami suatu fenomena sosial atau masalah dalam penelitian  diperlukan berbagai cara serta pendekatan yang sesuai dengan fenomena atau permasalahan yang menjadi fokus penelitian tersebut. Penelitian jaringan usaha batu putih ini didasarkan pada dua pertanyaan yaitu bagaimana fungsi keterlekatan jaringan usaha dagang batu putih dalam perkembangan masyarakat?, dan apa saja faktor-faktor yang menjadi landasan perkembangan jaringan terhadap batu putih?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut metode penelitian yang cocok digunakan adalah studi kasus Intrinsik. Alasan dipilihnya metode penelitian kasus karena ketertarikan atau kepedulian pada suatu objek yang khas yang sedang berkambang saat ini khusus guna memahami secara utuh fenomena yang terjadi dilapangan, yaitu usaha batu putih yang sedang berkembang Desa Kaye Aceh Dusun Krung Baru Kecamatan Aceh Barat Daya. Dengan demikian, peneliti berusaha untuk mengungkapkan secara lebih mendalam tentang bagaimana usaha pedagang dalam mengembangkan jaringan usaha terhadap batu putih. Komentar dan pernyataan yang dilontarkan dari hasil wawancara merupakan ungkapan perasaan yang tidak didapatkan dalam penelitian selain penelitian kualitatif, khusus penelitian kasus.
3.3 Informan Penelitian
Data atau informasi harus ditelusuri seluas-luasnya (dan sedalam mungkin) sesuai dengan variasi yang ada. Hanya dengan cara demikian, peneliti mampu mendeskripsikan fenomena yang diteliti secara utuh (Bungin, 2003: 53-54). Teknik ini melibatkan beberapa informan yang berhubungan dengan study kasus penelitian. Pertama peneliti meminta rekomendasi dari kepala desa. Setelah itu, peneliti meminta kembali rekomendasi orang lain yang sesuai dengan karakteristik penelitian pada subjek (pedagang usaha batu putih), demikian seterusnya.
Pada langkah awal, jumlah subjek yang akan dijadikan sumber data dalam penelitian ini berjumlah 5 orang usaha dagang batu putih Krung Baru, peneliti juga mewawancarai kepala desa terkait usaha batu putih di Dusun Krung Baru. Pengambilan data akan dihentikan apabila peneliti telah merasa data yang terkumpul telah cukup akurat.
3.4 Sumber Data
3.4.1 Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh dari informan secara langsung
yang terkait dalam penelitian Data primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini
yaitu dengan memperhatikan perkembangan yang terjadi di dalam jaringan usaha batu putih  Krung Baru.
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian. Proses pengambilan data ini dapat berupa keadaan geografis serta kegiatan sosial yang dilakukan oleh masyarakat yang kemudian di analisis. serta dengan mengumpulkan bahan-bahan yang berasal dari buku, juga dari sumber-sumber lainnya seperti surat kabar, dokumen, majalah, jurnal, dan internet yang berkaitan langsung dengan masalah penelitian dan dianggap relevan dengan penelitian jaringan usaha baru putih Krung Baru.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
3.5.1 Wawancara
Menurut Bungin (2003: 67), dalam memahami suatu fenomena sosial diperlukan cara pengambilan data yang handal. Disinilah terletak relevansi metode atau teknik wawancara mendalam (indepth interview). Dengan wawancara mendalam, bisa digali apa yang tersembunyi disanubari seseorang, apakah yang menyangkut masa lampau, masa kini, maupun masa depan guna mendapatkan informasi  yang selengkap mungkin dan sedalam mungkin.Wawancara dilakukan oleh peneliti sebagai bentuk komunikasi langsung dalam hubungan tatap muka melalui hubungan tanya jawab. Pendekatan wawancara yang digunakan adalah dengan menggunakan petunjuk wawancara yang berisi petunjuk garis besar tentang proses dan isi wawancara untuk menjaga agar fokus penelitian dapat tercapai tujuannya.
3.5.2 Observasi
Kegiatan dan pengunaan metode observasi menjadi amat penting dalam tradisi penelitian kualitatif. Melalui observasi dapat dikenali berbagai rupa kejadian, peristiwa, keadaan, tindakan yang mempela dari hari ke hari di tengah masyarakat. Kegiatan observasi tersebut tidak hanya dilakukan terhadap kenyataan-kenyataan yang terliat, tetapi juga yang terdapat yang di dengar. (Bungin, 2003:65-66).
3.6 Teknik Analisis Data
Analisi data merupakan proses mencari dan mengatur secara sistematis transkip wawacara atau bahan-bahn yang dikemukakan di lapangan. Teknik dan proses analisis data yang di gunakan dalam penelitian ini terdiri atas tiga tahap yaitu Reduksi data, Penyajian data, dan Penarikan kesimpulan. (Bungin,2003:244).
a.        Tahap Reduksi Data yaitu : Peneliti membaca, mengkaji,dan menelusuri data yang berhasil di kumpulkan dari hasil wawacara mendalam bersama informan, Observasi di lapangan.
b.      Tahap Penyajian Data yaitu:  setelah peneliti melakukan pencatatan dan pemilihan terhadap data yang di kumpulkan, maka data-data tentang jaringan usaha batu putih, Peneliti menyajikan dalam bentuk deskripsi sebagai bentuk penyajian data (data display).
c.       Tahap Penarikan kesimpulan yaitu: Kegiatan analisis ketiga yang penting adalah menarik kesimpulan dan verifikasi. Penarikan kesimpulan hanyalah sebagian dari suatu kegiatan dari konfigurasi yang utuh. Dari data yang didapat, data primer maupun sekunder, serta hasil observasi maupun wawancara, data kemudian diolah dan dianalasis sesuai dengan teori yang digunakan, barulah ditarik suatu kesimpulan
Analisis data hasil penelitian, sesuai dengan pendekatan yang dilakukan dalam studi ini, data yang terkumpul diklarifikasikan, dikatagorisasi, dan diinterpretasi dengan mengaitkannya dengan konsep Keterlekatan. Dengan cara ini diharapkan akan dapat menjelaskan gejala-gejala yang berkaitan dengan pokok permasalahan penelitian, sehingga dapat menunjukkan gambaran yang sedekat mungkin dengan kenyataan yang ada di kalangan masyarakat.




3.7 Jadwal Kegiatan Penelitian
TABEL JADWAL PELAKSANAAN PROPOSAL DAN SKRIPSI
Kegiatan
2015
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Juni
Juli
Agust
1
Pengajuan Judul







2
Survei Awal








3
Penyelesaian dan Bimbingan Proposal








4
Sidang Proposal








5
Revisi Proposal








6
Penelitian








7
Penyelesaian dan Bimbingan Skripsi








8
Sidang Skripsi










DAFTAR PUSAKA
1. Buku-Buku
Bungin, B. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada
Damsar, 1995. Sosiologi Ekonomi: Edisi Revisi, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Fukuyama Francis, 1995.  Trust : Kebajikan Sosial dan Penciptaan
Kemakmuran, Yogyakarta: Qalam.
Kamanto Sunarto, 2004. Pengantar Sosiologi Ekonomi: Edisi Revisi, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Ritzer, George, 2008. Teori Sosiologi Modern, Yogyakarta: Kreasi Wacana.
S, Mulyadi, 2003.  Ekonomi Sumber Daya Manusia dalam Perspektif
Pembangunan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Tambunan,Tulus, 2001. Industrialisasi Di Negara Berkembang : Kasus Indonesia,
Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia.
Tambunan, Tulus, 2002. Usaha Kecil Dan Menengah Di Indonesia : Beberapa Isu
Penting, Jakarta: Salemba Empat.
2. Skripsi Dan Jurnal
Djawas, Enky Permatasari, 200. Relasi Sosial Pedagang Salak di Desa Bangun
Kerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Skripsi FISIP Universitas Gajah Mada.
Erisa, Hanadita Sugianto, 2014. Jaringan Usaha Perajin Keramik di Desa Klampok, Kecamatan Purworejo Klampok, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Skripsi FISIP Universitas Gajah Mada.
Jacobus, Belida Blikolong, 2012. Evolusi Konsep Embeddedness Dalam Sosiologi Ekonomi: Sebuah Review. Jurnal Universitas Gunadarma.
1.    Situs Internet/ Website
http://sumberilmu.info/2008/02/15/sumber-daya-manusia-indonesia:html(online) diakses tanggal 04 april 2015 pukul 22:30 WIB.
http://teddymagister.blogspot.com/teorijaringansosial:html. (online) diakses tanggal 22 april 2015 pukul 21:30 WIB.
https://id.wikipedia.org/wiki/Aceh. (online) diakses tanggal 13 mei 2015 pukul 00:30 WIB.
ari-kurniawan-fh.web.unair.ac.id/artikel_detail-71981-Artikel%20 KEKAYAAN%20ALAM%20INDONESIA.html. (online) diakses tanggal 16 mei 2015 pukul 01:00 WIB.
http://kadinss.tripod.com/Profesional3.htm. (online) diakses tanggal 18 mei 2015 pukul 14:00 WIB.













Tidak ada komentar:

Posting Komentar