BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Indonesia sebagai bangsa yang besar serta
bangsa dengan wilayah yang luas dan penduduk yang besar serta kekayaan alam
yang melimpah sampai saat ini belum mampu untuk mengolah sumber daya alam yang
dimiliki karena keterbatasan sumber daya manusia yang saat ini dimiliki oleh
bangsa Indonesia. Hal inilah yang menyebabkan kemiskinan yang terjadi di
Indonesia. Kemiskinan merupakan masalah utama yang melanda negara dunia ketiga
atau negara berkembang. Negara berkembang seperti Indonesia masih sangat
mengandalkan sektor pertanian dan juga sektor-sektor industri kecil, dalam
kegiatan ekonominya. Hal ini terjadi karena sumber daya manusia yang ada di
negara ini belum mampu untuk mengolah kekayaan sumber daya alam yang dimilikinya
(web.unair.ac.id). Oleh karena itu keberlangsungan dan perkembangan industri
kecil menarik untuk dikaji.
Menurut M. Irfan dalam Anoraga dan Sudantoko
(2002:242), peranan usaha kecil itu dapat meningkatkan ekspor non migas,
penyerapan tenaga kerja, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, dan
berkontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Usaha untuk mengembangkan industri kecil dan
industri rumah tangga di pedesaan merupakan langkah yang tepat sebagai salah
satu instrumen kebijakan pemerintah untuk menanggulangi masalah-masalah ekonomi
dan sosial yang dihadapi Indonesia pada saat ini (http://geografi-bumi.blogspot.com).
Secara umum usaha kecil yang terdapat di
pedesaan adalah industri kecil dan industri rumah tangga. Berdasarkan definisi
atau klasifikasi Biro Pusat Statistik (BPS), perbedaan antara industri kecil
dan industri rumah tangga adalah pada jumlah pekerja. Industri rumah tangga
adalah unit usaha (establishment)
dengan jumlah pekerja 1 hingga 4 orang, yang kebanyakan adalah anggota-anggota
keluarga (family workers) yang tidak
dibayar dari pemilik usaha atau pengusaha itu sendiri. Kegiatan industri tanpa
tenaga kerja, yang disebut self
employment, juga termasuk dalam kelompok industri rumah tangga. Sedangkan, indutri
kecil adalah unit usaha dengan jumlah pekerja antara 5 hingga 9 orang yang
sebagian besar adalah pekerja yang dibayar (wage
labourers).
Perbedaan-perbedaan lainnya antara industri
kecil dan industri rumah tangga adalah terutama pada aspek-aspek seperti sistem
manajemen, pola organisasi usaha, termasuk pembagian kerja (labour division), jenis teknologi yang
digunakan atau metode produksi yang diterapkan dan jenis produksi yang dibuat.
Pada umumnya industri rumah tangga sangat tradisional atau primitif dalam
aspek-aspek tersebut (Tulus Tambunan: 2000; 1). Oleh karena itu ada perbedaan
antara industri rumah tangga dan industri kecil, industri rumah tangga cendrung
pekerja keluarga yang bersangkutan. Sedangkan industri kecil sebagian besar
pekerja yang di bayar oleh pengusa industri kecil tersebut.
UKM (Usaha Kecil Menengah) memegang peranan yang
sangat besar dalam memajukan perekonomian Indonesia. UKM merupakan suatu
bentuk usaha kecil masyarakat yang pendiriannya berdasarkan inisiatif
seseorang. Sebagian besar masyarakat beranggapan bahwa UKM hanya menguntungkan
pihak-pihak tertentu saja. Padahal sebenarnya UKM berperan penting dalam
mengurangi tingkat pengangguran yang ada di Indonesia. Selain itu UKM telah
berkontribusi besar pada pendapatan daerah maupun pendapatan negara Indonesia.
UKM juga memanfaatkan berbagai sumber daya alam yang berpotensial di suatu
daerah yang belum diolah secara komersial. UKM dapat membantu mengolah sumber
daya alam yang ada di setiap daerah. Hal ini berkontribusi besar terhadap
pendapatan daerah maupun pendapatan negara Indonesia (http://stephanieoctaviani takmenyerah.blogspot.com).
Aceh memiliki sumber
daya alam yang melimpah,
termasuk minyak bumi dan gas alam. Sejumlah analis memperkirakan cadangan gas alam aceh adalah yang terbesar
di dunia (http://id.wikipedia.org). Oleh karena itu UKM dapat membantu mengolah sumber
daya alam yang ada di setiap daerah di Aceh, membuat para pelaku usaha masyarakat ini mampu mengikuti perkembangan
zaman yang terjadi.
Akhir-akhir ini ada kecendrungan usaha batu
terus berkembang, usaha rumah tangga masyarakat Desa Kaye Aceh, Kecamatan
Lembah Sabil, Kabupaten Aceh Barat Daya. Krung Baru adalah salah satu tempat
penambangan batu putih yang dapat dijadikan objek masyarakat terutama usaha
pedagang batu. sehingga dapat menbantu perekonomian masyarakat yang
bersangkutan. Batu putih Krung Baru adalah salah satu yang banyak diminati oleh
para konsumen yang dapat digunakan sebagai hiasan taman. Karena kualitas
batunya yang alami tanpa bahan campuran menjadi salah satu daya tarik dari
kabupaten Aceh Barat Daya (Abu Bakar, di kutip dari wawancara warga Ulee Kareng
Banda Aceh 28 Maret 2015).
Melihat usaha mereka yang masih tetap
berkembang hingga sekarang, terlihat semakin beragamnya bentuk ukuran batu
putih dikemas dalam karung beras 15 kg, yang siap untuk dipasarkan. Hal ini
menjadi menarik apabila peneliti dapat melihat bagaimana usaha makro kecil dan
menengah ini, terus berkembang dari awal usaha ini hingga ada sampai sekarang. Serta
dapat melihat bagaimana jaringan-jaringan sosial yang terbentuk dalam distribusi
batu putih Krung Baru hingga menjadi salah satu pilihan konsumen antar
Kabupaten hingga Provinsi. Dan bagaimana cara agar usaha batu putih Krung Baru dapat
terus berkembang atau bahkan lebih maju. Hal inilah yang membuat penulis ingin
melakukan penelitian dengan menggunakan konsep keterlekatan yang berjudul “Jaringan Usaha Batu Putih Krung Baru Aceh
Barat Daya”
1.2. Fokus Penelitian
Dalam peneliti ini, peneliti akan membahas bagaimana
jaringan-jaringan sosial yang terbentuk dalam usaha pedagang batu putih dalam
memasarkan usaha hingga menjadi salah satu pilihan konsumen antar Kabupaten
hingga Provinsi. Penelitian ini fokus juga pada bagaimana cara agar usaha batu
putih Krung Baru dapat terus berkembang atau bahkan lebih maju.
1.3. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
1.
Bagaimana fungsi keterlekatan
jaringan usaha dagang batu putih dalam perkembangan masyarakat?
2.
Apa saja
faktor-faktor yang menjadi landasan perkembangan jaringan terhadap usaha batu
putih?
1.4. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1.
Mengetahui bagaimana fungsi keterlekatan jaringan usaha dagang batu putih dalam perkembangan masyarakat.
2.
Mengetahui
faktor-faktor Apa saja yang menjadi landasan perkembangan jaringan usaha terhadap
batu putih.
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat
yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah :
1.5.1 ManfaatTeoritis
Melalui penelitian ini
diharapkan dapat memberikan analisis serta gambaran tentang bagaimana jaringan
sosial usaha batu putih dan menambah khazanah ilmu pengetahuan, khususnya sosiologi
ekonomi.
1.5.1 Manfaat
Praktis
Hasil penelitian ini
diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai masukan dan sumbangan pemikiran bagi para aktor yang berkaitan dengan usaha dalam
meningkatkan performans ekonomi, dan bahan ini diharapkan dapat dijadikan
sebagai bahan perbandingan pihak lain yang ingin melakukan penelitian yang
sejenis dikemudian hari.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Penelitian Terdahulu
Untuk memudahkan peneliti dalam melakukan
penelitian peneliti melakukan beberapa kajian pustaka mengenai penelitian yang
terkait dengan jaringan usaha batu putih yang dijadikan referensi oleh peneliti
nantinya dalam melakukan penelitian ini. Penelitian tentang jaringan sosial
yang terbentuk didalam masyarakat sudah dilakukan oleh beberapa peneliti.
2.1.1
Penelitian Oleh Erisa Hanadita Sugianto (2014)
Penelitian skripsi yan berjudul “Jaringan
Usaha Perajin Keramik” jaringan usaha perajin keramik ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana terbentuknya jaringan sosial diantara para pengusaha
kerajinan keramik dimana terdapat tiga jenis perajin disana yaitu pengusaha,
perajin-penguasaha dan juga perajin. Dimana ketiganya saling membentuk jaringan
sosial. Proses terbentuknya jaringan diawali dengan munculnya industri keramik,
yang kemudian menginspirasi para pegawainya karena prospek usaha keramik ini
yang menjanjikan dimana minat pasar yang masih tinggi serta ketersediaan bahan
baku yang masih tercukupi.
Dari jaringan sosial yang terbentuk diantara
para pengusaha, pengusaha-perajin dan perajin keramik di Desa Klampok
menyebabkan hubungan mereka menjadi terlekat didalam jaringan sosial dimana
setiap kepentingan antar aktor bertemu didalam jaringan sosial tersebut.
Jaringan sosial yang ada diantara para pengusaha dan perajin di Klampok membuat
usaha mereka terus berkembang. Keterlekatan yang ada diantara para pengusaha
kerajinan keramik Klampok dapat terlihat
dalam proses jaringan sosial yang ada di Desa Klampok.
Bahwa mereka melakukan tindakan ekonomi dalam
hal ini produksi kerajinan keramik namun dari tindakan ekonomi tersebut mereka
terlekat kepada suatu jaringan yang terbentuk akibat interaksi yang terus
menerus terjadi diantara mereka sehingga membuat hubungan tanpa aturan yang
mereka jalani. Hal ini berakibat kepada perkembangan usaha mereka hingga saat ini,
yaitu dengan adanya jaringan sosial yang terbentuk diantara mereka serta adanya
keterlekatan dari aktivitas ekonomi yang mereka lakukan. Hubungan tanpa aturan
tertulis dalam lingkungan usaha kerajinan keramik Klampok ini justru yang
membuat industri ini dapat berkembang hingga sekarang.
Penelitian
Erisa Hanadita Sugianto menggunakan
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis studi kasus intrinsik. Studi kasus
intrinsik (intrinsic case study) adalah penelitian yang dilakukan pada suatu
kasus yang memiliki kekhasan dan keunikan yang tinggi. Fokus penelitiannya adalah
pada kasus itu sendiri, baik sebagai lokasi, program, kejadian atau kegiatan.
penelitian studi kasus intrinsik merupakan penelitian yang sangat terikat pada
konteksnya, atau dengan kata lain sangat terikat pada lokusnya (site-case).
Bentuk
dari penelitiannya ditujukan untuk lebih memfokuskan terhadap fenomena-fenomena
yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia agar sistematis
dan terfokus dengan merupakan metode penelitian yang berusaha memfokuskan objek
secara sistematis sesuai dengan data yang ada
(http://penelitianstudikasus.blogspot.com/2010/05/jenis-jenis-penelitian-studi-kasus.html,
diakses pada 28 Maret 2014).
Dalam
penelitian, pendekatan intrinsik digunakan untuk menganalisis bagaimana para
perajin keramik Klampok dapat mengembangkan jaringan usaha kerajinanya, yang
dengan kekhasan mereka yaitu keramik agar usahanya dapat terus berkembang
Selanjutnya.
Teori
yang dipakai Erisa Hanadita Sugianto dalam
penelitiannya adalah teori jaringan Barnes (1954) dan konsep keterlakatan
sosial dari Granovetter (1985) yang menjelaskan, terbentuknya jaringan sosial diantara perajin dan pengusaha
kerajinan keramik serta adanya keterlekakan antara para pelaku usaha tersebut
berpengaruh pada perkembangan usaha kerajinan keramik klampok, karena dengan
hal tersebut para perajin serta pengusaha keramik menjadi terikat pada suatu
hubungan yang terbentuk dalam jaringan sosial pengusaha keramik klampok yang
kemudian terlekat karena didalamnya sehingga dapat membuat usaha kerajinan
keramik klampok dapat terus berkembang.
Penelitian Ngadisah Erisa Hanadita Sugianto tersebut memberikan
landasan teoritis yang mendukung penelitian jaringan usaha batu putih Krung
Baru, yakni melihat perkembangan usaha kecil dalam tindakan ekonomi sedang
berkembang, adanya faktor-faktor perkembangan jaringan usaha, menunjukkan
bahwa Keterlekatan yang ada diantara para pengusaha kerajinan keramik dapat
terlihat dalam proses jaringan sosial yang ada di Desa Klampok, dimana tidak
hanya dimotivasi oleh tujuan-tujuan ekonomi yang beresensi untuk tercapainya
kebutuhan rumah tangga, tetapi juga oleh nilai-nilai hubungan jaringan sosial
sehingga dapat membuat usaha kerajinan keramik klampok dapat terus berkembang.
Penelitian tersebut membantu penulis dalam
membuat kerangka berfikir awal dalam peneltian serta membantu membuat gambaran
awal meneganai wilayah atau daerah penelitian yang penulis teliti.
2.2 Landasan Teoritis
2.2.1 Teori Jaringan
Sebagai makhluk sosial, manusia hidup bersama
dengan orang lain. Oleh sebab itu, dalam hidupnya seorang anak manusia
(individu) selalu ingin melakukan interaksi sosial dengan individu lainnya.
Interaksi sosial antar individu tersebut mengkristal menjadi suatu hubungan
sosial. Hubungan sosial yang terus menerus antar individu menghasilkan jaringan
sosial diantara mereka. Pada dasarnya setiap individu sebagai mahkluk sosial
akan selalu dihubungkan dengan jaringan sosial yang kompleks.
Barnes (1954) diangap sebagai perintisdari
pengertian jaringan sosial. Analisis jaringan atau teori jaringan sosial merupakan
studi tentang cara struktur sosial dari hubungan-hubungan sekitar seseorang,
kelompok, atau organisai mempengaruhi keyakinan-keyakinan atau perilaku-perilaku.
Tekanan-tekanan kausal melekat dalam struktur sosial. Teori jaringan (network
theory) melihat manusia memiliki jejaring interaksi karena adanya kesamaan
norma dan nilai, yang terjadi dari proses sosialisasi dari stuktur sosial.Teori
ini berfokus kepada bagaimana kebudayaan dan juga sosialisasi membentuk
normadan nilai dalam suatu kelompok sosial dan pada tahap selanjutnya setiap
individu yang menjadi anggotanya terinternalisasi oleh norma dan nilai
tersebut.
Jaringan merupakan hubungan kerja antara satu
orang dengan orang lain yang diikat dengan kepercayaan. Francis Fukuyama dalam
bukunya memandang jaringan sebagai hubungan moral kepercayaan. Jaringan yang
dimiliki seseorang merupakan bagian dari hubungan dan norma yang lebih luas
yang memungkinkan orang-orang mencapai tujuan-tujuan mereka dan juga mengikat
masyarakat bersama (http://teddymagister.blogspot.com/teorijaringansosial).
Keanggotaan dalam jaringan dipengaruhi oleh
kesamaan nilai, perasaan
Diunduh simpati dan kewajiban yang dimiliki, sehingga mereka lebih
cenderung bekerja sama untuk mecapai tujuan bersama.
Setiap interaksi dilakukan di dalam suatu
kelompok sosial pada akhirnya akan membentuk suatu keseimbangan struktrur
sosial. Hal inilah yang pada gilirannya membentuk suatu identitas bersama pada
suatu kelompok sosial dalam sebuah struktur sosial. Dalam melihat suatu kohesi
dalam sebuah kelompok sosial,
Mizruchi menjelaskan dapat ditinjau dari dua analisa, yaitu analisa
subjektif dan analisa objektif. Dalam analisa subjektif melihat bahwa kohesi
dibutuhkan oleh setiap anggota sebagai identitas bersama. Sedangkan, dalam
analisa objektif, melihat solidaritas berada di luar kesadaran manusia, atau
dalam bahasa Durkheim, adalah sebagai fakta sosial.
Menurut Granoveter hubungan (jaringan) itu terjadi
berlandaskan gagasan, bahwa aktor (individu atau kolektifitas) berada
padastratifikasi yang berbeda sehingga mempunyai akses yang berbeda pula
terhadap sumber daya bernilai (kekayaan, kekuasaan, informasi). Distribusi yang
timpang dari sumber daya yang terbatas akan menimbulkan baik itu kerjasama
maupun kompetisi, yang mana beberapa kelompok akan bergabung untuk mendapatkan
sumber daya yang terbatas itu dengan bekerjasama. Akibatnya pada sistem yang
strukturnya cenderung terstratifikasi, komponen tertentu akan tergantung pada
komponen yang lain (Ritzer & Goodman, 2008).
Granovetter juga menilai jaringan sosial
didalam kehidupan ekonomi tindakan yang terlekat, karena diekspresikan dalam
interaksi dengan orang lain, cara seseorang terlekat dalam jaringan hubungan
sosial akan menentukan banyaknya tindakan sosial dan jumlah dari hasil
intitusional. Keterlekatan itu sendiri muncul dari proses hubungan antar
individu dari aktor-aktor yang didasari oleh kepercayaan, dimana kepercayaan
itu akan terus menerus dilihat dan ditafsirkan. Melalui jaringan sosial,
idividu-individu ikut serta dalam tindakan resiprositas, dan melalui hubungan
ini akan diperoleh kesempatan “dapat bagian”, informasi baru dan sumber daya.
Variasi jaringan sosial membantu menentukan
kegunaan jaringan untuk individu atau kelompok individu tersebut. Bentuk
jaringan ini dapat dilihat pada ikatan-ikatan yang terbentuk oleh adanya
jaringan sosial. Menurut Granovetter Ritzer, 2010 : 470, membedakan tentang
ikatan lemah dan kuat, “ikatan kuat” , kaitan antara orang dengan teman-teman
dekat dan kerabat mereka, “ikatan lemah”, kaitan orang dengan kenalannya.
Granovetter menjelaskan bahwa ikatan yang
lemah bisa menjadi sangat penting. Contoh ikatan lemah antar dua aktor dapat
membantu sebagai jembatan
antara dua kelompok yang kuat ikatan internalnya, tanpa adanya dua
kelompok
seperti itu, kedua kelompok mungkin akan terisolasi secara total.
Isolasi iniselanjutnya dapat menyebabkan sistem sosial semakin terfragmentasi.
Seorang individu tanpa ikatan lemah akan merasa dirinya terisolasi dalam sebuah
kelompok yang ikatannya sangat kuat dan akan kekurangan informasi tentang apa
yang terjadi di kelompok lain maupun dalam masyarakat lebih luas. Meski
Granoveter menekankan pentingnya ikatan lemah, ia segera menjelaskan bahwa
ikatan yang kuat pun mempunyai nilai. Misalnya orang yang memiliki
ikatan yang kuat memiliki motivasi lebih besar untuk saling membantu dan lebih
siap membantu satu sama lain, seperti bagan jaringan di bawah ini.

Oleh karena itu dalam memahami jaringan
sosial dapat ditunjukkan melalui keterkaitan jaringan sosial dengan orang lain
dalam rangka mempertahankan aktivitas bisnis. Jaringan sosial ini dimanfaatkan
untuk memperoleh informasi-informasi bisnis dan sumber daya,dalam menlakukan
tindakan ekonomi.
2.2.2 Konsep Keterlekatan (Embeddedness) Granovetter (1985)
Konsep
ini digunakan untuk menjelaskan fenomena prilaku ekonomi dalam hubungan sosial.
Konsep keterlekatan Granovetter merupakan suatu tindakan ekonomi yang disituasikan secara sosial dan
melekat dalam jaringan sosial personal yang sedang berlansung diantara para
aktor (Damsar, sosiologi ekonomi edisi revisi : 27).
Granovetter
dalam proposisinya bahwa tindakan ekonomi disituasikan
secara sosial yaitu tindakan ekonomi tidak dipandang sebagai fenomena
stimulus-respon yang sederhana, tetapi lebih kepada hasil dari suatu proses
yang dilakukan oleh individu dalam proses hubungan sosial yang
sedang berlangsung. Jaringan
hubungan sosial suatu rangkain hubungan yang teratur atau hubungan sosial yang
sama diantara individu-individu atau kelompok-kelompok.
Embeddedness bagi Granovetter lebih menekankan pada fungsi
network atau relasi sosial, yang menghubungkan individu dengan individu
lainnya, yang saling bergantungan, bukan karna faktor keuntungan material,
tetapi non material juga perlu dijalankan dalam hubungan tersebut. Granovetter
menunjukkan bahwa pada ekonomi modern di barat tugas-tugas ekonomi yang
sederhana seperti mendapatkan perkerjaan sangat bergantung pada informasi
mulut-ke-mulut dan kontak-kontak sosial (networking),
bahwa tingakat interaksi sosial di pasar lebih tinggi dari yang diketahui para
ekonom yang hanya mengenal individu yang teratomisasi dan perusahaan
independen. Perusahaan-perusahaan bisnis, kata Granovetter, bekerja bukan karna
hiraki manajemen atau demi pengurangan
biaya transaksi (seperti diajarkan dalam literatur tentang mengapa perusahaan
muncul) tetapi karena mereka memiliki jaringan dan komunikasi sosial yang lebih
kuat dibanding dengan yang terdapat di pasar saja.
Kata Granovetter “relasi-relasi sosial justru mendorong dan
bukan menghambat performans ekonomi”. Trust
justru berfungsi sebagai pelancar yang efektif dalam suatu tindakan ekonomi.
Karena pengaruh relasi-relasi sosial pada relasi-relasi bisnis yang
mendatangkan hasil-hasil ekonomi yang bertentangan dengan ramalam teori
ekonomi. Kepercayaan (trust), sebagai
salah satu institusi sosial, yang merupakan moralitas umum dalam perilaku
ekonomi tidak muncul seketika tetapi terbit dari proses hubungan antar pribadi
dari actor-aktor yang sudah lama terlibat dalam perilaku ekonomi secara
bersama. Ia terus-menerus ditafsirkan dan dinilai oleh para aktor yang terlibat
dalam hubungan perilaku ekonomi. Salah satu peran konkret dari kepercayaan adalah
bertambah dan berkurangnya jumlah kredit yang diperoleh dalam transaksi jual
beli. Hal ini merupakan graduasi kepercayaan yang merupakan hasil dari proses
jaringan hubungan timbal-balik (resiprositas),
yang telah dan sedang terjadi dalam tindakan ekonomi yang dilakukan (Universitas Gunadarma Jurnal Evolusi Konsep Embeddedness Dalam Sosiologi Ekonomi,
Sebuah Review 2012).
Bentuk jaringan ini
dapat dilihat pada ikatan-ikatan yang terbentuk oleh adanya jaringan sosial.
Menurut Granovetter (Ritzer, 2010 : 470), membedakan tentang ikatan lemah dan
kuat, “ikatan kuat” misalnya, kaitan antara orang dengan teman-teman dekat dan
kerabat mereka, “ikatan lemah”, kaitan orang dengan kenalannya. Granovetter
menjelaskan bahwa ikatan yang lemah bisa menjadi sangat penting. Contoh ikatan
lemah antar dua aktor dapat membantu sebagai jembatan antara dua kelompok yang
kuat ikatan internalnya, tanpa adanya dua kelompok seperti itu, kedua kelompok
mungkin akan terisolasi secara total. Isolasi ini selanjutnya dapat menyebabkan
sistem sosial semakin terfragmentasi. Seorang individu tanpa ikatan lemah akan
merasa dirinya terisolasi dalam sebuah kelompok yang ikatannya sangat kuat dan
akan kekurangan informasi tentang apa yang terjadi di kelompok lain maupun
dalam masyarakat lebih luas. Meski Granoveter menekankan pentingnya ikatan
lemah, ia segera menjelaskan bahwa ikatan yang kuat pun mempunyai nilai.
Misalnya orang yang memiliki ikatan yang kuat memiliki motivasi lebih besar
untuk saling membantu dan lebih siap membantu satu sama lain (http://sosbud.kompasiana.com).
Pada konteks
penelitian ini, tentunya masyarakat pada awalnya batu putih hanya di manfaatkan
untuk hiasan taman rumah sendiri, dari hubungan-hubungan sosial, interaksi memberikan
informasi tentang batu putih dan banyak orang-orang tertarik sehingga
masyarakat Krung Baru mulai dijadikan sebuah usaha dalam memasarkan batu putih.
Usaha ini terbentuk dengan adanya hubungan sosial dibagun oleh masyarakat Krung
Baru khusus nya para pengusaha. Jaringan sosial dalam lingkaran pengusaha batu
putih terus berkembang dengan adanya interaksi sosial yang terus menerus.
Melalui jaringan sosial, para pengusaha tentunya dapat menguatkan usaha mereka
agar tetap berkembang dan melalui hubungan ini akan diperoleh informasi baru
dan sumber daya. Oleh sebab itu teori jaringan sosial, dari konsep keterlekatan
ini membantu peneliti melihat lebih jauh fungsi keterlekatan dan juga
faktor-faktor yang menjadi landasan perkembangan jaringan usaha batu putih.
2.3 Landasan Konseptual

Berdasarkan bagan landasan konseptual di
atas, tujuan khusus peneliti membahas bagaimana hubungan sosial, dan jaringan
sosial yanag dibangaun oleh para pengusaha
dalam perkembangan usaha batu putih krung baru.
BAB
III
METODE
PENELITIAN
3.1
Lokasi Penelitian
Penelitian ini
dilakukan di Kecamatan Lembah Sabil Kabupaten Aceh Barat Daya, dengan
memusatkan studi di Desa Kayu Aceh Dusun Krung Baru. Pemilihan lokasi ini
dilakukan secara sengaja (purposive)
dengan maksud menemukan sebuah Desa yang relevan dengan tujuan penelitian.
Adapun penentuan lokasi penelitian ini karena Desa Kayu Aceh Dusun Krung Baru merupakan salah satu daerah yang memiliki lahan penambangan batu putih yang cukup luas dan
mayoritas penduduknya adalah usaha
batu putih, sehingga tampak
bagaimana jaringan usaha batu putih disana.
3.2 Pendekatan Penelitian
Model penelitian
yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Digunakannya model penelitian
kualitatif karena penelitian kualitatif dapat menggambarkan secara deskripsi
analitik berbagai hal yang menyangkut penelitian ini. Penelitian kualitatif
dapat memberikan deskripsi secara luas dan mendalam serta memuat penjelasan
tentang proses atau aktivitas yang terjadi dalam keseharian Penelitian
kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif berupa
kata-kata atau lisan maupun tertulis dari objek yang diamati seorang peneliti
lebih berada pada posisi sebagai “orang ang belajar dari masyarakat, bukan
belajar tentang masyarakat” (learning from the people, but the learning about
the people). Karena itu, dia sesungguhnya merupakan orang yang tidak tau
tentang yang tidak diketahuinya (Bungin, 2003: 48-49)
Penelitian kualitatif yang
peneliti lakukan adalah studi kasus. Studi Kasus merupakan bentuk penelitian
yang meneliti fenomena khusus yang hadir dalam suatu konteks yang terbatasi,
meskipun batas-batas antara fenomena dan konteks tidak sepenuhnya jelas. Kasus
tersebut dapat berupa individu, organisasi, karakteristik atau atribut dari
individu-individu, peristiwa atau insiden tertentu, dan sebagainya.
Tipe studi kasus yang digunakan
dalam penelitian ini adalah studi kasus Intrinsik, yaitu penelitian dilakukan
karena ketertarikan atau kepedulian pada suatu kasus khusus guna memahami
secara utuh kasus tersebut tanpa harus dimaksudkan untuk menghasilkan
konsep-konsep/teori ataupun tanpa ada upaya menggeneralisasi (http://penelitianstudikasus.blogspot.com/2010/05/jenis-jenis-penelitian-studi-kasus.html).
Dalam memahami suatu fenomena
sosial atau masalah dalam penelitian
diperlukan berbagai cara serta pendekatan yang sesuai dengan fenomena
atau permasalahan yang menjadi fokus penelitian tersebut. Penelitian jaringan usaha batu putih ini
didasarkan pada dua pertanyaan yaitu bagaimana fungsi keterlekatan jaringan usaha dagang
batu putih dalam perkembangan masyarakat?, dan apa saja faktor-faktor yang menjadi landasan perkembangan jaringan
terhadap batu putih?. Untuk
menjawab pertanyaan tersebut metode penelitian yang cocok digunakan adalah studi kasus Intrinsik. Alasan
dipilihnya metode penelitian kasus karena ketertarikan atau kepedulian pada suatu objek yang khas yang
sedang berkambang saat ini khusus
guna memahami secara utuh fenomena yang terjadi dilapangan, yaitu
usaha batu putih yang sedang berkembang Desa Kaye Aceh Dusun Krung Baru
Kecamatan Aceh Barat Daya. Dengan demikian, peneliti berusaha untuk mengungkapkan
secara lebih mendalam tentang bagaimana usaha pedagang dalam mengembangkan
jaringan usaha terhadap batu putih. Komentar dan pernyataan yang dilontarkan
dari hasil wawancara merupakan ungkapan perasaan yang tidak didapatkan dalam
penelitian selain penelitian kualitatif, khusus penelitian kasus.
3.3
Informan Penelitian
Data atau informasi harus ditelusuri
seluas-luasnya (dan sedalam mungkin) sesuai dengan variasi yang ada. Hanya
dengan cara demikian, peneliti mampu mendeskripsikan fenomena yang diteliti
secara utuh (Bungin, 2003: 53-54). Teknik ini melibatkan beberapa informan yang
berhubungan dengan study kasus penelitian. Pertama peneliti meminta rekomendasi
dari kepala desa. Setelah itu, peneliti meminta kembali rekomendasi orang lain
yang sesuai dengan karakteristik penelitian pada subjek (pedagang usaha batu
putih), demikian seterusnya.
Pada langkah awal, jumlah subjek yang akan
dijadikan sumber data dalam penelitian ini berjumlah 5 orang usaha dagang batu
putih Krung Baru, peneliti juga mewawancarai kepala desa terkait usaha batu
putih di Dusun Krung Baru. Pengambilan data akan dihentikan apabila peneliti
telah merasa data yang terkumpul telah cukup akurat.
3.4 Sumber Data
3.4.1
Data Primer
Data
primer merupakan data yang diperoleh dari informan secara langsung
yang terkait dalam penelitian Data primer
yang dibutuhkan dalam penelitian ini
yaitu dengan
memperhatikan perkembangan yang terjadi di dalam jaringan usaha batu putih Krung Baru.
3.4.2
Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara
tidak langsung dari objek penelitian. Proses pengambilan data ini dapat berupa
keadaan geografis serta kegiatan sosial yang dilakukan oleh masyarakat yang
kemudian di analisis. serta dengan mengumpulkan bahan-bahan yang berasal dari
buku, juga dari sumber-sumber lainnya seperti surat kabar, dokumen, majalah,
jurnal, dan internet yang berkaitan langsung dengan masalah penelitian dan
dianggap relevan dengan penelitian jaringan usaha baru putih Krung Baru.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
3.5.1
Wawancara
Menurut
Bungin (2003: 67), dalam memahami suatu fenomena sosial diperlukan cara
pengambilan data yang handal. Disinilah terletak relevansi metode atau teknik
wawancara mendalam (indepth interview). Dengan wawancara
mendalam, bisa digali apa yang tersembunyi disanubari seseorang, apakah yang
menyangkut masa lampau, masa kini, maupun masa depan guna mendapatkan
informasi yang selengkap mungkin dan
sedalam mungkin.Wawancara dilakukan oleh peneliti sebagai bentuk komunikasi
langsung dalam hubungan tatap muka melalui hubungan tanya jawab. Pendekatan
wawancara yang digunakan adalah dengan menggunakan petunjuk wawancara yang
berisi petunjuk garis besar tentang proses dan isi wawancara untuk menjaga agar
fokus penelitian dapat tercapai tujuannya.
3.5.2 Observasi
Kegiatan
dan pengunaan metode observasi menjadi amat penting dalam tradisi penelitian
kualitatif. Melalui observasi dapat dikenali berbagai rupa kejadian, peristiwa,
keadaan, tindakan yang mempela dari hari ke hari di tengah masyarakat. Kegiatan
observasi tersebut tidak hanya dilakukan terhadap kenyataan-kenyataan yang
terliat, tetapi juga yang terdapat yang di dengar. (Bungin, 2003:65-66).
3.6 Teknik Analisis Data
Analisi data merupakan proses mencari dan mengatur secara
sistematis transkip wawacara atau bahan-bahn yang dikemukakan di lapangan.
Teknik dan proses analisis data yang di gunakan dalam penelitian ini terdiri
atas tiga tahap yaitu Reduksi data, Penyajian data, dan Penarikan kesimpulan.
(Bungin,2003:244).
a.
Tahap Reduksi Data yaitu : Peneliti membaca,
mengkaji,dan menelusuri data yang berhasil di kumpulkan dari hasil wawacara
mendalam bersama informan, Observasi di lapangan.
b.
Tahap
Penyajian Data yaitu: setelah peneliti
melakukan pencatatan dan pemilihan terhadap data yang di kumpulkan, maka
data-data tentang jaringan usaha batu putih, Peneliti menyajikan dalam bentuk
deskripsi sebagai bentuk penyajian data (data
display).
c.
Tahap
Penarikan kesimpulan yaitu: Kegiatan
analisis ketiga yang penting adalah menarik kesimpulan dan verifikasi.
Penarikan kesimpulan hanyalah sebagian dari suatu kegiatan dari konfigurasi
yang utuh. Dari data yang didapat, data primer maupun sekunder, serta hasil
observasi maupun wawancara, data kemudian diolah dan dianalasis sesuai dengan
teori yang digunakan, barulah ditarik suatu kesimpulan
Analisis data hasil penelitian, sesuai dengan pendekatan yang dilakukan
dalam studi ini, data yang terkumpul diklarifikasikan, dikatagorisasi, dan
diinterpretasi dengan mengaitkannya dengan konsep Keterlekatan. Dengan cara ini
diharapkan akan dapat menjelaskan gejala-gejala yang berkaitan dengan pokok
permasalahan penelitian, sehingga dapat menunjukkan gambaran yang sedekat
mungkin dengan kenyataan yang ada di kalangan masyarakat.
3.7 Jadwal Kegiatan Penelitian
TABEL JADWAL PELAKSANAAN PROPOSAL DAN SKRIPSI
|
Kegiatan
|
2015
|
||||||||
|
Jan
|
Feb
|
Mar
|
Apr
|
Mei
|
Juni
|
Juli
|
Agust
|
||
|
1
|
Pengajuan Judul
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
Survei Awal
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
Penyelesaian dan Bimbingan Proposal
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4
|
Sidang Proposal
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5
|
Revisi Proposal
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
6
|
Penelitian
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
7
|
Penyelesaian dan Bimbingan Skripsi
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
8
|
Sidang Skripsi
|
|
|
|
|
|
|
|
|
DAFTAR PUSAKA
1.
Buku-Buku
Bungin, B. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada
Damsar,
1995. Sosiologi Ekonomi: Edisi Revisi,
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Fukuyama
Francis, 1995. Trust : Kebajikan Sosial dan Penciptaan
Kemakmuran,
Yogyakarta: Qalam.
Kamanto Sunarto, 2004. Pengantar Sosiologi Ekonomi: Edisi
Revisi, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Ritzer,
George, 2008. Teori Sosiologi Modern,
Yogyakarta: Kreasi Wacana.
S, Mulyadi, 2003. Ekonomi
Sumber Daya Manusia dalam Perspektif
Pembangunan,
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Tambunan,Tulus,
2001. Industrialisasi Di Negara
Berkembang : Kasus Indonesia,
Jakarta:
Penerbit Ghalia Indonesia.
Tambunan,
Tulus, 2002. Usaha Kecil Dan Menengah Di
Indonesia : Beberapa Isu
Penting,
Jakarta: Salemba Empat.
2. Skripsi Dan
Jurnal
Djawas, Enky Permatasari, 200. Relasi Sosial Pedagang Salak di Desa Bangun
Kerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Skripsi FISIP Universitas Gajah Mada.
Erisa,
Hanadita Sugianto, 2014. Jaringan Usaha
Perajin Keramik di Desa Klampok, Kecamatan Purworejo Klampok, Kabupaten
Banjarnegara, Jawa Tengah. Skripsi FISIP Universitas Gajah Mada.
Jacobus,
Belida Blikolong, 2012. Evolusi Konsep
Embeddedness Dalam Sosiologi Ekonomi: Sebuah Review. Jurnal Universitas
Gunadarma.
1. Situs
Internet/ Website
http://www.kompasiana.com/bernad/contoh-makalah-keterlekatan-ekonomi-terhadap-kehidupan-sosial_5511477d8133119a36bc79f8. (online)
diakses tanggal 30 maret 2015 pukul 13:40 WIB.
http://sumberilmu.info/2008/02/15/sumber-daya-manusia-indonesia:html. (online) diakses tanggal 04
april 2015 pukul 22:30 WIB.
http://teddymagister.blogspot.com/teorijaringansosial:html. (online) diakses tanggal 22 april 2015 pukul 21:30 WIB.
http://lipipress.com/pengaruh-modal-sosial-dalam-kemandirian-sentra-industri-yang-berlokasi-di-daerah-pedesaan:html. (online) diakses
tanggal 28 april 2015 pukul 21:30 WIB.
http://stephanieoctaviani-takmenyerah.blogspot.com/2010/11/makalah-usaha-kecil-menengah.html. (online) diakses tanggal 2 mei
2015 pukul 22:00 WIB.
ari-kurniawan-fh.web.unair.ac.id/artikel_detail-71981-Artikel%20 KEKAYAAN%20ALAM%20INDONESIA.html. (online) diakses tanggal 16 mei 2015 pukul
01:00 WIB.
http://kadinss.tripod.com/Profesional3.htm.
(online)
diakses tanggal 18 mei 2015 pukul 14:00 WIB.
http://penelitianstudikasus.blogspot.com/2010/05/jenis-jenis-penelitian-studi-kasus.html
(online)
diakses tanggal 23 juni 2015 pukul 14:00 WIB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar